Solidaritas Pemoeda Rawamangun (SPORA) UNJ berkolaborasi bersama Komunal Bawah Tanah (KOMBAT) Unindra mengadakan peringatan Hari Tani Nasional 2022. Bertempat di Arena Prestasi Universitas Negeri Jakarta pada Jumat (24/09/2022).
Mengusung tema “Budaya Tani dalam Semangat Pemuda Kota”. Aksi peringatan tahun ini ramai menampilkan kritik berbalut seni. Berteriak dan mengungkapkan aspirasi serta kekecewaan mereka, terhadap negara yang masih sering melakukan penindasan dan kebijakan yang tidak tepat guna terhadap petani.
Teatrikal Aksi Tani
Fachri Aditya Oktavian selaku anggota SPORA, pementas teaterikal serta puisi, menjelaskan bahwa pemilihan seni sebagai media penyampaian merupakan bagian dari penggunaan seni sebagai alat perlawanan. Secara lebih lanjut, Fachri menerangkan bahwa seni merupakan media yang mudah dimengerti, ekspresi dari realitas, dan mengungkapkan apa yang dilihat, serta diketahui oleh pementas itu sendiri.
Aksi peringatan ini merupakan tahun pertama SPORA UNJ berkolaborasi dengan KOMBAT Unindra. Seperti yang dijelaskan Mumtazio selaku Koordinator Acara dari KOMBAT, tahun ini merupakan tahun pertama bagi KOMBAT melaksanakan aksi Hari Tani. Peringatan Hari Tani merupakan aksi tahunan SPORA. “Jadi kami ingin belajar dan menjadikan contoh untuk dibawa ke Unindra,” ungkap Mumtazio.
Pada awal acara, pementasan yang banyak dilakukan merupakan pembacaan serta musikalisasi puisi. Baik puisi yang dibuat oleh pementas, ataupun pembacaan puisi milik pihak lain seperti puisi-puisi Widji Thukul ataupun puisi dalam buku Antologi Puisi Agraria.
Acara semakin meriah dengan penampilan teaterikal dan orasi. Pada penampilan orasi, Wisnu Adi Wibowo selaku anggota SPORA, mempertanyakan peran mahasiswa yang mengaku kaum intelek, pada pembacaan situasi nasional dan keadaan rakyat. Wisnu merasa mahasiswa sekarang hanya mau mengurusi isu-isu elit seperti isu kenaikan bbm dan abai terhadap penderitaan dari isu-isu petani.
Adapun teaterikal yang dilakukan oleh Fachri Aditya Oktavian dan Alvaro Rafif seorang anak lelaki dari Cengkareng, mengusung cerita penderitaan dan penindasan yang selama ini dirasakan oleh petani. Diiringi dengan pembacaan puisi, Alvaro dan Fachri berlenggak-lenggok memerankan petani yang menjadi nadi penghasil padi dalam negeri. Meskipun begitu, diceritakan bahwa pada akhirnya kehidupan petani penuh penderitaan karena kebijakan tidak berpihak pada mereka.
Selain dihadiri oleh pihak mahasiswa UNJ dan Unindra. Peringatan ini juga turut diramaikan oleh pementasan musik dari Shezy Akhwalu Sholihin, Siswa kelas 12 SMK Ashofiyah. Dilatarbelakangi oleh ajakan gurunya, Shezy turut memeriahkan acara dengan penampilan musiknya.
Baca Juga: Peringatan Hari Tani Nasional, Sekjend KPA : Nasib Kaum Tani Tak Kunjung Membaik
Shezy merasa terkesan dengan aksi peringatan yang dilakukan, walaupun belum mengerti substansi dari perayaan tani itu sendiri. Namun, kegiatan ini menarik bagi Shezy karena dapat menjadikan seni sebagai alat perlawanan. Shezy merasa terkesan dengan penampilan seni yang ditampilkan meskipun belum mengerti makna dari peringatan Hari Tani itu sendiri. “Kegiatan ini seru dan unik, melawan dengan seni,” jelas Shezy.
Setelah ramai dengan pementasan berbagai macam seni, acara ditutup dengan pementasan Wayang Beber Kontemporer oleh Krishna Ray selaku anggota KOMBAT. Cerita wayang berjudul Our Culture Is Nandur mengisahkan demonstrasi yang dilakukan di sebuah negeri poco-poco oleh mahasiswanya mengenai Hari Tani. Akan tetapi, kegiatan demonstrasi tersebut sempat dipertanyakan oleh pihak pemerintah negeri poco-poco. Hal tersebut karena dirasa penderitaan yang dilihat mahasiswa tidak nyata sebab tidak melibatkan petani pada aksinya.
Pada akhir cerita, petani yang dirasa sudah tidak memiliki nilai guna di dunia industri. Dipaksa menjalankan banyak perkerjaan, mulai dari mengurusi kebersihan gedung dengan memegang sapu dan pel. Menjaga keamanan dengan seragam pentungan. Serta urusan-urusan industri lainnya. Adapun kabar dari mahasiswa yang sempat mengadakan aksi Hari Tani, mereka berbahagia dengan subsidi yang diberikan pemerintah negeri poco-poco berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT). Namun, bantuan tersebut berubah ketika dibagikan, menjadi bantuan langsung tewas. Dikarenakan banyaknya mahasiswa yang mengantri malah terinjak ketika berebut bantuan tersebut. Hal ini menjadi daya tarik bagi para wisatawan, pertunjukan bantuan langsung tewas tersebut menjadi sumber pendapatan baru bagi negeri poco-poco.
Pada akhir cerita, petani yang dirasa sudah tidak memiliki nilai guna di dunia industri. Dipaksa menjalankan banyak perkerjaan, mulai dari mengurusi kebersihan gedung dengan memegang sapu dan pel. Menjaga keamanan dengan seragam pentungan. Serta urusan-urusan industri lainnya. Adapun kabar dari mahasiswa yang sempat mengadakan aksi Hari Tani, mereka berbahagia dengan subsidi yang diberikan pemerintah negeri poco-poco berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT). Namun, bantuan tersebut berubah ketika dibagikan, menjadi bantuan langsung tewas. Dikarenakan banyaknya mahasiswa yang mengantri malah terinjak ketika berebut bantuan tersebut. Hal ini menjadi daya tarik bagi para wisatawan, pertunjukan bantuan langsung tewas tersebut menjadi sumber pendapatan baru bagi negeri poco-poco.
Penulis : Zahra Pramuningtyas
Editor: Sonia Renata