Gedung Q direncanakan akan segera dirobohkan untuk dibangun gedung baru sehingga proses belajar mengajar dipindahkan ke gedung lain

Rektorat berencana akan merobohkan gedung lama dan akan mendirikan gedung baru pada 2017 mendatang. Salah satunya adalah gedung Q. Sehingga Prodi Sastra Indonesia dan Pendidikan Bahasa Indonesia akan dipindahkan ke gedung Eks-Sarwahita (sekarang  CWNB) yang berada tepat di sebrang Fakultas Ilmu Pendidikan, atau ke gedung Dewi Sartika. Menurut Aceng Rahmat, terdapat dua rencana pembangunan Gedung. Rencana pertama, seluruh gedung Q  termasuk beberapa kelas Pendidikan Bahasa Arab. Kedua, hanya Sastra dan Pendidikan Bahasa Indonesia saja (sampai batas toilet) yang dirobohkan. “Baik rencana pertama maupun rencana kedua gedung Q akan tetap kena,”ujar Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) tersebut.

Hal ini diaminkan oleh Wakil Rektor I, Muchlis R. Luddin. Ia mengatakan bahwa tidak hanya gedung Q saja yang akan dirobohkan. Akan tetapi, gedung-gedung lama lainnya juga demikian. “Hal ini berkaitan dengan skema akan dibangunnya gedung baru,” katanya.

Muchlis mengatakan pembuatan gedung tersebut didanai oleh Islamic Development Bank (IDB) dan Goverment of Indonesian (GOI) yang masing-masing bernilai USD 32 juta dan USD 5 juta. Tidak hanya itu, beberapa pihak—yaitu Bapenas, Kemenristek dikti, dan Kementerian Keuangan—telah menyetujui pembangunan gedung tersebut. “Dana kami sudah terima dari IDB tinggal tahap eksekusi,” tegasnya.

Universitas Negeri Jakarta (UNJ) berencana akan membangun dua gedung lagi dengan dana tersebut. Gedung yang pertama akan ditempatkan di lahan gedung Q dan P kemudian gedung yang kedua akan ditempatkan di lahan gedung B dan C. Rencana pembangunan tersebut dilakukan secara bertahap. Masing-masing gedung baru akan dibangun serupa dengan IDB. “Kita sudah mengajukan 4 gedung ke IDB,” ujar Komaruddin, Wakil Rektor II.

Menurut Komaruddin tujuan dari pembuatan gedung tersebut untuk menggantikan gedung-gedung tua yang perawatannya terbilang mahal dan kondisinya sudah mengkhawatirkan. “Selain mengganti gedung lama, gedung baru untuk mengantisipasi penambahan daya tampung mahasiswa,” katanya.

Iklan

Aceng menambahkan pihak Rektorat sudah mengajukan surat penghapusan gedung Q namun belum dikonfirmasi oleh pihak IDB. Rencananya januari 2017 gedung CWNB sudah siap digunakan. Selama pembuatan gedung prodi Sastra Indonesia dan Prodi Bahasa Indonesia akan menempati gedung baru (CWNB). “Mereka (Sastra Indonesia dan Pendidikan Bahasa Indonesia) akan di pindahkan ke CWNB dan akan digabungkan dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA),” jelasnya.

Miftahul Khairah Anwar mengatakan kondisi gedung Q memang sudah cukup memprihatinkan seperti lantai ruang guru hampir amblas dan kekurangan kelas. “Kami berharap ketika pindah ke gedung baru, kami dapat kelas lebih agar perkuliahan tidak sampai sore,” ujar Kepala Prodi (Kaprodi) Sastra Indonesia tersebut.

Pembangunan gedung baru dengan jenis bangunan bertingkat tinggi seperti Dewi Sartika dan Raden Ajeng Kartini dikhawatirkan berdampak pada menghilangnya tempat-tempat untuk berdiskusi seperti pendopo dan tempat-tempat serupa. Sehingga budaya diskusi akan berganti dengan kesibukan para penghuni gedung tersebut. Kekhawatiran ini diungkapkan oleh salah satu pegiat komunitas sastra, Reza Deni Saputra. “Aktivitas seperti diskusi dan malam sastra kemungkinan akan hilang dan berganti dengan kesibukan para pekerja gedung itu sendiri,”  ucap Mahasiswa prodi Sastra Indonesia itu.


An Nissa Nur Istiqomah