Musala FPPsi yang berukuran 6×4 meter persegi tak cukup menampung mahasiswa psikologi. Akibatnya, ketidaknyamanan dalam menjalankan aktivitas ibadah dirasakan oleh mahasiswa.

Musala Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi) Universitas Negeri Jakarta memiliki luas sebesar 6×4 meter persegi. Ukurannya yang kecil tidak memadai untuk menampung mahasiswa yang ingin beribadah. Imbasnya, saat memasuki waktu salat mahasiswa harus antre baik untuk mengambil air wudu ataupun salat.

Survei yang dilakukan Tim Didaktika terkait kondisi musala Halimun, menunjukkan hampir seluruh responden (97 persen) berpendapat musala berukuran kecil, dan dapat menimbulkan masalah. Lebih dari setengah responden mengaku (67 persen), telah merasakan akibat dari ukuran musala yang tidak memadai.

Mahasiswa FPPsi, Salma mengaku pernah terlambat mengikuti kelas karena kondisi musala Halimun sangat ramai. Ia menjelaskan saat selesai salat, dosen pengajar telah memasuki kelas.

Masalah lain dirasakan oleh Mayla Haza, dia mengatakan tidak adanya area wudu tertutup untuk perempuan membuatnya merasa kesulitan. Selain itu, Mayla mengaku tidak adanya pemisahan antara pintu masuk yang berbeda antara laki-laki dan perempuan juga membuat was-was wudunya batal.

“Masalah yang ditimbulkan itu karena areanya terbuka dan dilalui oleh lawan jenis sehingga rentan untuk bersentuhan sesudah mengambil wudu,” ungkap Mayla.

Iklan

Hampir mirip dengan keduanya, Dewinta turut mengeluhkan kondisi musala yang sempit membuatnya merasakan pengap.  Ia memberi saran kepada pihak fakultas untuk melakukan renovasi atau relokasi guna membuat ruang ibadah FPPsi menjadi lebih layak.

“Kalau tidak bisa dilakukan pembesaran, sebaiknya dilakukan relokasi terlebih dahulu atau direnovasi. Musala diberi lebih banyak jendela dan lampu serta warna cat temboknya dibuat lebih terang,” anjur Dewinta.

Menanggapi banyaknya keluhan terkait kondisi musala yang tidak layak, WD II FPPsi, Ratna Dyah Suryaratri mengatakan pihak fakultas sebenarnya sudah menyadari kekurangan itu.  Ia mengungkapkan musala Halimun belum menjadi prioritas pembangunan fakultas saat ini. Mengingat ada kondisi lain yang diutamakan oleh pihak fakultas, yaitu perbaikan toilet dan pemerataan aliran listrik.

“Hal ini sudah menjadi perhatian dari kami. Kedepannya akan coba diperbaiki berdasarkan prioritas,” ujar Ratna saat diwawancarai Tim Didaktika, Selasa (28/2).

Baca juga: https://lpmdidaktika.com/resah-risau-mahasiswa-kampus-halimun-tak-memiliki-kantin/

Senada dengan Ratna, Dekan FPPsi Yufiarti menyatakan musala Halimun memang tidak memadai untuk menampung seluruh mahasiswa psikologi. Menurutnya, peluasan musala tidak memungkinkan untuk dilakukan.

“Kalau diadakan peluasan musala Halimun, maka tidak hanya musala yang dirobohkan, tetapi seluruh bangunan gedung akan turut dihancurkan mengingat struktur bangunan musala yang tergabung dengan gedung fakultas,“ ucap Yufiarti.

Ratna menjelaskan hingga saat ini pihak fakultas belum pernah mengajukan rancangan peluasan musala ke pihak universitas. Sebabnya, pihak fakultas sedang berusaha memperluaskan ruang dosen, pembangunan ruang kelas baru, dan fasilitas umum bagi mahasiswa.

Terakhir, Ratna mengatakan saat ini sedang mempertimbangkan saran adanya pemindahan lokasi musala Halimun. Baginya hal ini akan diusahakan untuk dibahas, sembari pihak fakultas merancang pengaturan lebih lanjut guna kebutuhan relokasi.

“Terima kasih atas usulannya, nanti bisa dipertimbangkan dan saya rasa bisa segera untuk di eksekusi,” tutup Ratna.

Iklan

 Penulis: Syarifah’ Arasy B.

Editor: Zahra Pramuningtyas