Selain Aliansi Rakyat UNJ Bersatu, Kamis (28/9) Forum Wacana Pascasarjana juga melakukan aksi di depan Kemenristekdikti. Sehari sebelumnya terpasang spanduk yang menyerukan penolakan terhadap penggantian pimpinan UNJ yang mengatasnamakan Mahasiswa Pasca sarjana. Spanduk tersebut dipasang di tugu atau plaza UNJ yang berada di antara gedung Raden Ajeng Kartini dan Dewi Sartika.
Tertulis dalam press releasenya, Kemenristekdikti mengambil keputusan yang tidak sesuai prosedur. Dalam Peraturan Kemenristekdikti Nomor 1 Tahun 2016 tentang pengangkatan dan pemberhentian rektor/ketua/direktur pada Perguruan Tinggi Negeri, ada delapan poin pemberhentian rektor. Peraturan tersebut merupakan perubahan atas peraturan Kemenristekdikti Nomor 1 Tahun 2015. Forum Wacana Pascasarjana mengatakan tidak ada satupun poin yang dilanggar oleh Djaali.
Anco, selaku Sekretaris Jendral Forum Wacana Pascasarjana menegaskan bahwa pencabutan jabatan rektor merupakan tindakan Menteri yang sewenang-wenang. Anco juga mengatakan dari era orde baru sampai reformasi belum ada pemberhentian rektor. Baru pada tahun jabatan Muhammad Nasir, diantaranya rektor Universitas Negeri Manado dan rektor UNJ.
“Ini pembunuhan karakter terhadap Djaali,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa Nasir merupakan pimpinan yang otoriter, harusnya Kemenristekdikti membina UNJ terlebih dahulu dan tidak melakukan pemecatan seperti ini. “Ini mencederai pendidikan Indonesia,” tambahnya.
Namun beberapa mahasiswa pascasarjana mengaku tidak pernah ikut serta dalam pembuatan keputusan untuk menolak kedatangan Intan Ahmad. Salah satunya Eva Afifah, mahasiswi program pascasarjana tidak mengetahui tentang spanduk berisi penolakan tersebut. “Kalau untuk yang lebih baik saya setuju, tapi semuanya harus ada landasan faktanya. Meskipun banyak profesor sini (Pascasarjana) berkata tidak ada plagiarisme di Pascasarjana,” ujar Eva.
Sejalan dengan Eva, mahasiswi Program Pascasarjana Sastra Indonesia, Ema Suaib mengaku tidak mengetahui siapa yang bertanggung jawab terhadap pemasangan spanduk penolakan. “Tidak pernah ada yang mengakomodasi (misal melalui) angket atau surat keputusan resmi untuk menampung aspirasi mahasiswa. Saya yakin banyak mahasiswa Pascasarjana yang tidak terlibat dalam penolakan terhadap penurunan rektor UNJ,” terangnya.
Sementara Wakil Direktur II Pascasarjana, Burhanuddin Tolah enggan diwawancarai.
Saat ditemui seusai rapat senat UNJ, Intan Ahmad mengaku telah menerima perwakilan dari massa aksi di depan Kemenristekdikti. “Saya terima aspirasinya,” tanggapnya./Faisal Bahri