Jenjang perkembangan manusia menurut perspektif jawa adalah masa kanak-kanak, muda, dan dewasa. Begitu yang di tuliskan Benedict Anderson dalam Bukunya REVOLOESI PEMOEDA Pendudukan Jepang dan perlawanan pemuda 1944-1946. Buku yang ia tulis ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya, yang menganalisis dampak pendudukan Jepang di Indonesia. Kemudian ia justru meninggalkan penelitian tentang itu, dan memilih untuk meneliti tentang pemuda ketika pendudukan jepang.
Bagaimanapun, kemerdekaan Indonesia yang ditandai dengan Proklamasi tidak lepas dari peranan pemuda. Pemuda, yang sebelumnya mempercayai PPKI (panitia persiapan kemerdekaan indonesia) sebagai badan bentukan jepang yang berisikan politisi tua akan memerdekakan Indonesia secepatnya. Namun, desas-desus tentang kekalahan jepang sudah  sangat cepat terdengar ke pelososk-pelosok jakarta. Sehingga, kepercayaan pemuda terhadap PPKI menghilang begitu saja dalam semalam. Menurut pemuda, jepang yang sudah kalah dalam perang sudah tidak lagi mempunyai hak untuk membantu memerdekakan Indonesia (hlm. 93). 

Keberhasilan para pemuda dalam menculik para pemimpn dan akhirnya mampu mempercepat proklamasi, merupakan sebuah hasil nyata dalam tindakan yang berapi-api dari para pemuda. Namun pertentangan tidak usai disana. Pertentangan itu merupakan tonggak yang paling berkesan tentunya. Namun semenjak di bentuknya PPKI, panitia bentukan jepang  yang akan memerdekakan Indonesia sudah ditentang pemuda, karena pada saat itu pemuda mengnginkan kemerdekaan Indonesia murni dibentuk oleh masyarakat Indonesia sendiri sekalipun itu mengakibatkan pertumpahan darah. 

Namun, apa yang ada dalam pemikiran golongan tua merupakan kontradiksi terhadap golongan muda. Karena golongan tua beranggapan bahwa harus hati-hati, mengikuti alur yang di berikan oleh Jepang, ataupun setidaknya menunggu kabar resmi kekalahan Jepang, dan memastikan tidak ada pertumpahan darah.

Kegelisahan makin meningkat karena pada tanggal 15 Agustus 1945 penyerahan Jepang oleh kaisar Hirohito terdengar di Jakarta. pertentangan kaum muda dan politisi tua semakin menjadi. Jepang memang telah kalah, namun dalam beberapa hal politisi tua masih menunggu kepastian desas-desus tersebut  dan tidak mau tergesa-gesa seperti halnya para pemuda dengan sifat kekanak-kanakanya (hlm. 94). Karena pada saat itu sehari sebelum proklamasi, para pemuda dari asrama-asrama untuk pemuda yang diciptakan pemerintahan militer jepang, yang dipimpin oleh wikana menuju ke tempat rapat PPKI. namun, perdebatanya gagal dan para pemuda kalah pulang dengan perasaan kalah.

Kemudian, tanggal 16 agustus 1945 pukul 4 pagi soekarno beserta istrinya dan hatta di bawa ke rengas dengklok, di markas peta, karena saat itu markas peta di sana sudah di kuasai kaum pribumi. dengan alasan akan ada kerusushan di jakarta yang di lakukan pemuda dan mengatasnamakan keamanan. Namun, pada dasarnya para pemuda itu hendak melakukan pemaksaan terhadap para pemimpin itu ataupun jka terjadi pemberontakkan pemuda di Jakarta nanti, para pemuda itu tidak akan dihentikan oleh perintah soekarno hatta.

Bagaimana pun, pada masa pendudukan belanda, hanya sedikit penduduk pribumi yang sadar akan penjajahan. Hanya pribumi golongan atas setaraf priyayi yang sadar akan penjajahan karena, hasil dari bacaanya tentang buku-buku di sekolahnya. Karena, sistem penjajahan belanda merupakan penjajahan secara mentalitas dengan memandang orang pribumi adalah orang-orang rendah dan orang kulit putih adalah orang-orang yang lebih diatas para pribumi. Sehingga hanya orang-orang berada yang mampu sekolah, mampu membaca dan mampu mendapatkan buku-buku bacaan eropa.

Iklan

Namun, ketika penjajahan jepang para penduduk pribumi terutama pemuda diikutsertakan dalam proses-proses bernegara, organisasi-organisasi dan sebagainya.  Sehingga kesadaran-kesadaran yang didapatkan pemuda kala itu adalah melalui pengalaman-pengalamanya dalam keikutsertaan kedalam organisasi-organisasi bentukan jepang dan proses-proses bernegara lainya. Selain bentuk kesadaran yang didapatkan oleh pemuda pada masa pendudukan jepang adalah bagaimana sistem pendudukan jepang yang relevan dengan kebudayaan kehidupan Indonesia utamanya Jawa seperti pondok pesantren berganti asrama.
Muhammad Muhtar